Kamis, 25 Desember 2014

MIOPI, HIPERMETROPI, DAN PRESBIOPI



Miopi
Rabun jauh atau miopi merupakan cacat mata yang terjadi karena lensa mata tidak dapat menipis sebagaimana mestinya. Akibatnya, berkas cahaya dari objek di jauh tak hingga terfokus dan membentuk bayangan di depan retina (jadi benda tidak terlihat jelas). Jadi titik jauh mata tidak berada di jauh tak berhingga, tetapi pada jarak tertentu dari mata. Dengan demikian, penderita rabun jauh tidak dapat melihat objek yang sangat jauh (tak hingga).
Miopia juga didefinisikan sebagai ketidaksesuaian antara kekuatan refraksi media refrakta dengan panjang sumbu bola mata dimana berkas sinar paralel yang masuk berkonvergensi pada satu titik fokus di anterior retina. Kelainan ini bisa dikoreksi dengan lensa divergen atau lensa minus.



Kelainan refraksi pada mata myopia

Pada miopi, refraksi sinar terlalu konvergen, sehingga bayangan terbentuk di depan retina. Penderita miopi memiliki visus < 6/6 dan kesulitan melihat benda yang terletak jauh. Secara prinsip, penderita miopi terlalu sering menggunakan akomodasi mata. M ciliaris menjadi lebih rigid, tonusnya meningkat dan fleksibilitasnya menurun, sehingga lambat laun panjang m Ciliaris semakin memendek. Selain itu, bentuk orbita dengan jarak superior dan inferior yang pendek menyebabkan kecenderungan terjadinya miopi. Solusi bagi penderita miopi adalah mengurangi konvergensi dengan menambahkan lensa cekung (minus) di depan mata.

Penyebab Miopi
Penyebab miopia dapat bersifat keturunan (herediter), ketegangan visual atau faktor lingkungan. Faktor herediter pada miopi pengaruhnya lebih kecil dari faktor ketegangan visual. Terjadinya miopi lebih dipengaruhi oleh bagaimana seseorang menggunakan penglihatannya, dalam hal ini seseorang yang lebih banyak menghabiskan waktu di depan komputer atau seseorang yang menghabiskan banyak waktunya dengan membaca tanpa istirahat akan lebih besar kemungkinannya untuk menderita miopi. Faktor lingkungan juga dapat memengaruhi misalnya pada rabun malam yang disebabkan oleh kesulitan mata untuk memfokuskan cahaya dan membesarnya pupil, keduanya karena kurangnya cahaya, menyebabkan cahaya yang masuk kedalam mata tidak difokuskan dengan baik. Dapat juga terjadi keadaan pseudo-miopi atau miopi palsu disebabkan ketegangan mata karena melakukan kerja jarak dekat dalam waktu yang lama. Penglihatan mata akan pulih setelah mata diistirahatkan.
Kacamata Berlensa Cekung untuk miopi
Mata miopi tidak dapat melihat dengan jelas benda-benda yang jauh atau titik jauhnya terbatas pada jarak tertentu. Lensa kacamata yang digunakan penderita miopi harus membentuk bayangan benda-benda jauh (S ~ ) tepat di titik jauh mata atau S’ = –PR, dengan PR singkatan dari punctum remotum, yang artinya titik jauh. Tanda negatif pada S’ diberikan karena bayangan yang dibentuk lensa kacamata berada di depan lensa tersebut atau bersifat maya.

Penderita miopi dapat ditolong dengan kaca mata berlensa negatif (cekung), yang bersifat menyebarkan berkas cahaya. Lensa ini berfungsi membentuk bayangan  maya di titik jauh mata dari benda yang berada di jauh tak berhingga. Dengan demikian, benda yang berada di jauh tak berhingga akan membentuk bayangan tepat di retina, sehingga terlihat jelas.

Hipermetropi
Penderita rabun dekat tidak dapat melihat secara jelas objek yang letaknya dekat dengan mata (hanya dapat melihat objek yang letaknya jauh dari mata). Rabun dekat atau hipermetropi merupakan cacat mata yang terjadi karena lensa mata tidak dapat mencembung atau tidak dapat berakomodasi sebagaimana mestinya. Akibatnya, berkas cahaya dari objek di jauh tak berhingga terfokus dan membentuk bayangan di belakang retina (jadi benda tidak terlihat jelas).
Hipermetropi atau Hiperopia atau rabun dekat adalah kelainan refraksi mata dimana bayangan dari sinar yang masuk ke mata jatuh di belakang retina. Hal ini dapat disebabkan karena bola mata yang terlalu pendek atau kelengkungan kornea yang kurang. Penderita kelainan mata ini tidak dapat membaca pada jarak yang normal (30 cm) dan harus menjauhkan bahan bacaannya untuk dapat membaca secara jelas. Penderita juga akan sulit untuk melakukan kegiatan yang membutuhkan ketelitian tinggi.
Hipermetropia juga didefinisikan sebagai ketidaksesuaian antara kekuatan refraksi media refrakta dengan panjang sumbu bola mata dimana berkas sinar paralel yang masuk berkonvergensi pada satu titik fokus di posterior retina. Kelainan ini bisa dikoreksi dengan lensa konvergen atau lensa positif.




Kelainan refraksi pada mata hipermetropi

Pada hipermetropi, refraksi sinar kurang konvergen, sehingga bayangan terbentuk di belakang retina. Penderita hipermetropi memiliki visus normal, namun kesulitan melihat benda yang terletak dekat. Secara prinsip, m. ciliaris penderita hipermetropi mengalami kelemahan karena proses degenerasi, tonusnya menurun dan fleksibilitasnya meningkat, sehingga lambat laun panjang m Ciliaris semakin memajang. Selain itu, bentuk orbita dengan jarak anterior dan posterior yang pendek menyebabkan kecenderungan terjadinya hipermetropi. Solusi bagi penderita hipermetropi adalah menambah konvergensi dengan menambahkan lensa cembung (plus) di depa mata.
Kacamata Berlensa Cembung untuk Hipermetropi
Karena hipermetropi tidak dapat melihat benda-benda dekat dengan jelas, lensa kacamata yang digunakannya haruslah lensa yang dapat membentuk bayangan benda-benda dekat tepat di titik dekat matanya. Benda-benda dekat yang dimaksud yang memiliki jarak 25 cm di depan mata. Oleh karena itu, lensa kacamata harus membentuk bayangan benda pada jarak S = 25 cm tepat di titik dekat (PP, punctum proximum) atau S' = –PP. Kembali tanda negatifmdiberikan pada S' karena bayangannya bersifat maya atau di depan lensa.

Presbiopi (Mata Tua)
Presbyopia berasal dari bahasa Yunani “Presbys” yang berarti orang tua dan “Opia” artinya mata. Mata tua atau presbiopi banyak dialami oleh orang-orang lanjut usia. Cacat mata ini disebabkan oleh berkurangnya daya akomodasi mata (otot mata sudah lemah). Titik dekat mata tua lebih besar dari jarak baca normal (25-30 cm) dan titik jauhnya pada jarak tertentu. Akibatnya, baik titik dekat maupun titik jauh mata letaknya bergeser, yaitu titik dekat bergeser menjauhi mata, sedangkan titik jauh bergeser mendekati mata. Dengan demikian, penderita presbiopi tidak dapat melihat secara jelas, baik objek yang berada pada jarak baca normal maupun yang berada di tempat sangat jauh. Untuk menolong penderita ini, digunakan kacamata berlensa rangkap (bifokal), yaitu lensa untuk melihat jauh dan lensa untuk membaca.

MENGANTUK MENYEBABKAN MENGUAP



Menguap didefinisikan sebagai keadaan membuka mulut diikuti inspirasi (penarikan udara) yang panjang dan dilanjutkan ekspirasi (pelepassan udara) yang lebih singkat. Pada manusia, bahkan mekanisme ini sudah dimulai pada usia gestasi dua puluh minggu (di dalam kandungan) dan berlanjut seumur hidupnya. Manusia pada umumnya menutup matanya saat puncak aktivitas menguap dan satu kali aktivitas menguap berlangsung kurang lebih selama enam sampai sepuluh detik. Menguap sering terjadi menjelang dan setelah tidur, serta biasa diasosiasikan dengan keadaan ingin tidur dan rasa jenuh.
Menguap berlangsung di bawah kontrol beberapa neurotransmitter dan neuropeptida, seperti dopamin, asetilkolin, serotonin, asam amino excitatory, hormon adrenokortikotropik terkait peptida, nitrit oksida, dan oksitosin. Menguap bersifat menular. Bagian dari otak yang berperan dalam proses menguap adalah hipotalamus. Mendengar, melihat, memikirkan, atau membaca tulisan yang terkait menguap dapat memicu aktivitas menguap.
Sebagian orang berasumsi bahwa seseorang menguap karena tubuh sedang mencoba mendapatkan lebih banyak oksigen dan melepaskan karbon dioksida. Teori tersebut cukup beralasan karena saat seseorang bosan atau lelah, ia bernapas dengan lebih lambat. Napas yang lebih lambat membuat lebih sedikit oksigen yang masuk ke dalam paru-paru. Karena produksi karbon dioksida tidak berubah, maka terjadi ketidakseimbangan yang membuat tubuh memerlukan oksigen lebih banyak dengan mengantuk. Namun, ternyata pendapat ini tidak benar. Penelitian dr. Robert Provine menyatakan bahwa tidak ada korelasi antara jumlah kandungan gas oksigen/karbon oksida di dalam darah dengan menguap. Menguap dan bernapas ternyata dikendalikan oleh mekanisme yang berbeda.
Kadar gula di dalam darah secara normal adalah di atas 80 mg/dl. Kekurangan gula darah akan menimbulkan gejala mengantuk sebab untuk melakukan aktivitas secara normal, otak hanya mengandalkan pengiriman gula dari aliran darah. Otak tidak mempunyai kemampuan untuk menyimpan gula sebagai cadangan energi. Akibatnya, apabila kadar gula darah turun di bawah 80 mg/dl, maka tubuh akan memberikan sinyal berupa rasa mengantuk.
Kekurangan Biotin juga dapat menyebabkan mengantuk. Biotin adalah vitamin B yang diperlukan untuk metabolisme lemak dan karbohidrat. Biotin ditemukan dalam berbagai makanan dan sumber yang mengandung banyak biotin adalah hati, ginjal, pankreas, telur, susu, ikan, dan kacang-kacangan.
Kekurangan tidur juga menjadi penyebab mengantuk. Tidur yang baik adalah tidur dengan durasi yang mengakibatkan seseorang tidak akan merasakan kantuk di siang hari. Durasi ini berbeda-beda bagi setiap orang dan berkurang seiring pertambahan usia karena semakin tua usia, semakin sedikit metabolisme yang dilakukan oleh tubuh sehingga semakin sedikit pula waktu istirahat yang diperlukan. Selain itu, menguap juga ternyata ada kaitannya dengan empati. Seseorang cenderung akan menguap saat melihat orang lain yang dikenalnya menguap. Tetapi, ia cenderung untuk tidak menguap jika melihat orang yang tidak dikenalnya menguap. Hal ini menandakan bahwa rasa empati terhadap orang yang menguap mengakibatkan seseorang ikut menguap.

Daftar Pustaka
Gallup AC, Gallup GG. Yawning. 2007. Brain Mechanism: Nasal Breathing and Forehead Cooling Diminish the Incidence of Contagious Yawning. Evolutionary Psychology Journal, 5(1): 92-3.
Asih, Niluh Gede Yasmin. 2004. Keperawatan medikal bedah.  Jakarta: EGC

Rabu, 24 Desember 2014

TERSEDAK



TERSEDAK
Tersedak (choking) merupakan suatu keadaan masuknya benda asing (makanan, mainan, dll) ke dalam jalan napas atas  sehingga menimbulkan gawat napas. Jika hal ini tidak ditangani segera maka korban akan meninggal. Apa yang sebenarnya membuat seseorang tersedak?
 Esofagus sebagai jalan masuknya makanan dan minuman secara otomatis terletak di belakang tenggorokan (jalan nafas). Kedua saluran ini sama-sama berhubungan dengan lubang hidung maupun mulut. Agar tidak terjadi salah masuk, maka diantara esofagus dan tenggorokan terdapat sebuah katup (epiglotis) yang bergerak secara bergantian meenutuptenggorokan dan esofagus seperti layaknya daun pintu. Saat bernafas, katup menutup esofagus agar udara menuju tenggorokan, sedangkan saat menelan makanan, katup menutup tenggorokan agar makanan masuk ke esofagus. Tersedak dapat terjadi bila makanan yang seharusnya menuju esofagus, malah menuju tenggorokan.
 Pada dasarnya ada 2 jenis tersedak. Tersedak sebagaian (partial/mild) artinya benda asing yang masuk hanya menyumbat sebagian dari jalan napas, masih ada sedikit celah untuk masuknya udara. Yang paling berat adalah tersedak total (total blockage/severe) dimana benda asing yang masuk sudah menutup semua bagian jalan napas korban, sehingga korban menjadi jatuh tidak sadarkan diri.
            Berikut cara membedakan antara tersedak yang “mild” (ringan/ sebagian) dan “severe” (berat/ total):
Tersedak yang ringan
  1. Masih ada pertukaran udara
  2. Korban masih sadar dan dapat batuk sekeras-kerasnya
Tersedak yang berat:
  1. Buruknya pertukaran udara terhadap si korban
  2. Masih bisa batuk, tapi lemah atau tidak dapat batuk sama sekali
  3. Nafas bertambah cepat
  4. Tidak dapat berbicara
  5. Memegang leher (tanda universal dari tersedak)
  6. Tidak dapat memasukkan udara/ menarik napas dengan baik
Penanganan Tersedak Untuk Anak Usia >1 Tahun – Dewasa Yang Masih Sadar
Untuk Tersedak Ringan:
  1. Jika korban masih bisa batuk. anjurkan korban untuk batuk terus menerus sekeras-kerasnya
Yang tidak boleh Anda lakukan:
-  Memberi minum pada korban (jalan nafas hanya boleh dilalui oleh udara)
-  Memasukkan jari ke dalam mulut sebagai usaha untuk mengeluarkan benda asing
Untuk Tersedak Berat:
  1. Tanyakan kepada korban “Apakah Anda tersedak?”, sekilas langkah ini terlihat agak rancu dan tidak mungkin dilakukan. Tetapi hal ini dilakukan untuk membedakan antara tersedak dan penyakit lain yang menyebabkan gawat nafas.
  2. Lakukan abdominal thrust (Heimlich manuever) selama beberapa kali sampai benda asing keluar atau sampai korban menjadi tidak sadar. Untuk pengananan korban tersedak yang tidak sadar membutuhkan teknik yang berbeda. Akan dibahas di halaman selanjutnya.
Berikut ini merupakan langkah-langkah melakukan Heimlich manuever:
  • Berdiri atau berlutut di belakang korban (posisikan tubuh Anda sesuai dengan tinggi tubuh korban, pada pasien anak kemungkinan Anda harus berlutut)
  • Kepalkan salah satu telapak tangan Anda
  • Letakkan kepalan tangan Anda dengan arah ibu jari menempel ke dinding perut korban, posisikan kepalan tangan Anda 2 jari di atas pusat (pusat selalu sejajar dengan tulang pinggul atas), Anda tidak  memposisikan kepalan tangan Anda di ulu hati.
  • Kencangkan kepalan tangan Anda dengan tangan satunya sehingga kedua lengan Anda melingkar di perut korban.
  • Lakukan penekanan ke arah belakang dan atas sampai benda asing keluar atau sampai korban menjadi jatuh tidak sadar.

Penanganan Tersedak Untuk Bayi (<1 Thn)
Penanganan tersedak untuk bayi tentunya berbeda dengan anak yang berusia lebih dari 1 tahun. Kita tidak bisa melakukan penekanan perut (Heimlich manuever) pada bayi karena akan mencederai organ dalam yaitu hati. Penanganan tersedak untuk bayi terdiri atas kombinasi penekanan dada (chest thrust) dan tepukan punggung (back slaps).
Berikut ini merupakan langkah-langkah pertolongan tersedak terhadap bayi yang masih sadar:
  1. Gendonglah bayi dengan posisi Anda duduk atau berlutut.
  2. Buka pakaian bayi.
  3. Gendong bayi dengan posisi wajah ke bawah telungkup di atas pangkuan tangan Anda. Buat kepala bayi lebih rendah dari kakinya.
  4. Berikan 5 kali tepukan di punggung (tepuklah dipunggung, antara 2 tulang belikat bayi, JANGAN menepuk di tengkuk!). Gunakan pangkal telapak tangan Anda ketika memberikan tepukan.
  5. Setelah memberikan 5 kali tepukan punggung, sanggalah leher belakang bayi Anda dengan tangan dan balikkan tubuh bayi sehingga dalam posisi terlentang. Buat posisi kepala bayi lebih rendah dari kakinya.
  6. Lakukan 5 kali penekanan dada (lokasi penekanan sama dengan posisi penekanan dada pada proses CPR yaitu di tengan-tengan tulang dada/ di bawah garis imajiner antara 2 puting susu bayi). Hanya gunakan2 jari saja (jari telunjuk dan jari tengah untuk melakukan chest thrust.
  7. Ulangi langkah No. 4,5,6 di atas sampai benda asing keluar dari mulut bayi atau bayi menjadi tidak sadar.




Technic Back Slaps atau tepuk punggung

Technic Chest Thrust atau Tekan Dada
Jika benda asing belum bisa keluar dan bayi Anda menjadi tidak sadar (bayi terkulai lemas, tidak ada pergerakan, bibir membiru, tidak dapat menangis atau mengeluarkan suara) penanganan nya adalah sebagai berikut:
  1. Baringkan bayi di atas permukaan yang rata dan keras.
  2. Buka jalan napas bayi (mulut bayi) dan lihat apakah benda asing terlihat atau tidak. Jika terlihat ambil dengan menggunakan sapuan jari Anda. Jika Anda tidak melihatnya JANGAN lakukan “blind finger swab” / mengkorek-korek mulut bayi dengan tujuan untuk mencari benda asing tersebut.
  3. Jika benda asing tidak terlihat lakukan langkah selanjutnya yaitu lakukanlah CPR yang terdiri dari 30 kali penekanan dada diikuti 2 kali napas. Tetapi, perbedaan CPR korban tersedak dengan korban biasa adalah setiap Anda selesai melakukan 30 kali penekanan dada periksalah dahulu mulut bayi sebelum memberikan 2 kali bantuan napas.
  4. Jika setelah 5 kali siklus CPR, benda asing masih belum dapat keluar dan bayi masih belum sadar. Panggil bantuan medis segera, kemudian lanjutkan CPR Anda sampai bantuan medis datang atau benda asing nya keluar.

Daftar Pustaka
Berman, Audrey, dkk. 2009. Buku ajar praktik keperawatan klinis kozier dan erb. Jakarta: EGC