Kamis, 25 Desember 2014

MENGANTUK MENYEBABKAN MENGUAP



Menguap didefinisikan sebagai keadaan membuka mulut diikuti inspirasi (penarikan udara) yang panjang dan dilanjutkan ekspirasi (pelepassan udara) yang lebih singkat. Pada manusia, bahkan mekanisme ini sudah dimulai pada usia gestasi dua puluh minggu (di dalam kandungan) dan berlanjut seumur hidupnya. Manusia pada umumnya menutup matanya saat puncak aktivitas menguap dan satu kali aktivitas menguap berlangsung kurang lebih selama enam sampai sepuluh detik. Menguap sering terjadi menjelang dan setelah tidur, serta biasa diasosiasikan dengan keadaan ingin tidur dan rasa jenuh.
Menguap berlangsung di bawah kontrol beberapa neurotransmitter dan neuropeptida, seperti dopamin, asetilkolin, serotonin, asam amino excitatory, hormon adrenokortikotropik terkait peptida, nitrit oksida, dan oksitosin. Menguap bersifat menular. Bagian dari otak yang berperan dalam proses menguap adalah hipotalamus. Mendengar, melihat, memikirkan, atau membaca tulisan yang terkait menguap dapat memicu aktivitas menguap.
Sebagian orang berasumsi bahwa seseorang menguap karena tubuh sedang mencoba mendapatkan lebih banyak oksigen dan melepaskan karbon dioksida. Teori tersebut cukup beralasan karena saat seseorang bosan atau lelah, ia bernapas dengan lebih lambat. Napas yang lebih lambat membuat lebih sedikit oksigen yang masuk ke dalam paru-paru. Karena produksi karbon dioksida tidak berubah, maka terjadi ketidakseimbangan yang membuat tubuh memerlukan oksigen lebih banyak dengan mengantuk. Namun, ternyata pendapat ini tidak benar. Penelitian dr. Robert Provine menyatakan bahwa tidak ada korelasi antara jumlah kandungan gas oksigen/karbon oksida di dalam darah dengan menguap. Menguap dan bernapas ternyata dikendalikan oleh mekanisme yang berbeda.
Kadar gula di dalam darah secara normal adalah di atas 80 mg/dl. Kekurangan gula darah akan menimbulkan gejala mengantuk sebab untuk melakukan aktivitas secara normal, otak hanya mengandalkan pengiriman gula dari aliran darah. Otak tidak mempunyai kemampuan untuk menyimpan gula sebagai cadangan energi. Akibatnya, apabila kadar gula darah turun di bawah 80 mg/dl, maka tubuh akan memberikan sinyal berupa rasa mengantuk.
Kekurangan Biotin juga dapat menyebabkan mengantuk. Biotin adalah vitamin B yang diperlukan untuk metabolisme lemak dan karbohidrat. Biotin ditemukan dalam berbagai makanan dan sumber yang mengandung banyak biotin adalah hati, ginjal, pankreas, telur, susu, ikan, dan kacang-kacangan.
Kekurangan tidur juga menjadi penyebab mengantuk. Tidur yang baik adalah tidur dengan durasi yang mengakibatkan seseorang tidak akan merasakan kantuk di siang hari. Durasi ini berbeda-beda bagi setiap orang dan berkurang seiring pertambahan usia karena semakin tua usia, semakin sedikit metabolisme yang dilakukan oleh tubuh sehingga semakin sedikit pula waktu istirahat yang diperlukan. Selain itu, menguap juga ternyata ada kaitannya dengan empati. Seseorang cenderung akan menguap saat melihat orang lain yang dikenalnya menguap. Tetapi, ia cenderung untuk tidak menguap jika melihat orang yang tidak dikenalnya menguap. Hal ini menandakan bahwa rasa empati terhadap orang yang menguap mengakibatkan seseorang ikut menguap.

Daftar Pustaka
Gallup AC, Gallup GG. Yawning. 2007. Brain Mechanism: Nasal Breathing and Forehead Cooling Diminish the Incidence of Contagious Yawning. Evolutionary Psychology Journal, 5(1): 92-3.
Asih, Niluh Gede Yasmin. 2004. Keperawatan medikal bedah.  Jakarta: EGC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar