Menguap
didefinisikan sebagai keadaan membuka mulut diikuti inspirasi (penarikan udara)
yang panjang dan dilanjutkan ekspirasi (pelepassan udara) yang lebih singkat.
Pada manusia, bahkan mekanisme ini sudah dimulai pada usia gestasi dua puluh
minggu (di dalam kandungan) dan berlanjut seumur hidupnya. Manusia pada umumnya
menutup matanya saat puncak aktivitas menguap dan satu kali aktivitas menguap
berlangsung kurang lebih selama enam sampai sepuluh detik. Menguap sering
terjadi menjelang dan setelah tidur, serta biasa diasosiasikan dengan keadaan ingin tidur dan rasa jenuh.
Menguap berlangsung di bawah kontrol beberapa
neurotransmitter dan neuropeptida, seperti dopamin, asetilkolin, serotonin,
asam amino excitatory, hormon adrenokortikotropik terkait peptida, nitrit
oksida, dan oksitosin. Menguap bersifat menular. Bagian dari otak yang berperan dalam proses menguap adalah hipotalamus.
Mendengar, melihat, memikirkan, atau membaca tulisan yang terkait menguap dapat
memicu aktivitas menguap.
Sebagian orang berasumsi bahwa
seseorang menguap karena tubuh sedang mencoba mendapatkan lebih banyak oksigen
dan melepaskan karbon
dioksida. Teori tersebut cukup beralasan karena saat seseorang bosan atau
lelah, ia bernapas dengan lebih lambat. Napas yang lebih lambat membuat lebih sedikit oksigen yang masuk ke
dalam paru-paru. Karena produksi karbon dioksida tidak berubah, maka terjadi
ketidakseimbangan yang membuat tubuh memerlukan oksigen lebih banyak dengan mengantuk. Namun, ternyata
pendapat ini tidak benar. Penelitian dr. Robert Provine menyatakan bahwa tidak
ada korelasi antara
jumlah kandungan gas oksigen/karbon oksida di dalam darah dengan menguap.
Menguap dan bernapas ternyata dikendalikan
oleh mekanisme yang berbeda.
Kadar gula di dalam darah secara
normal adalah di atas 80 mg/dl. Kekurangan gula darah akan menimbulkan gejala
mengantuk sebab untuk melakukan aktivitas secara normal, otak hanya
mengandalkan pengiriman gula dari aliran darah. Otak tidak mempunyai kemampuan
untuk menyimpan gula sebagai
cadangan energi. Akibatnya, apabila kadar gula darah turun di bawah
80 mg/dl, maka tubuh akan memberikan sinyal berupa rasa mengantuk.
Kekurangan Biotin juga dapat
menyebabkan mengantuk. Biotin adalah vitamin B yang diperlukan untuk
metabolisme lemak dan karbohidrat. Biotin ditemukan dalam berbagai makanan dan
sumber yang mengandung banyak biotin adalah hati, ginjal, pankreas, telur,
susu, ikan, dan kacang-kacangan.
Kekurangan tidur juga menjadi
penyebab mengantuk. Tidur yang baik adalah tidur dengan durasi yang mengakibatkan
seseorang tidak akan merasakan kantuk di siang hari. Durasi ini berbeda-beda
bagi setiap orang dan berkurang seiring pertambahan usia karena semakin tua
usia, semakin sedikit metabolisme yang dilakukan oleh tubuh sehingga semakin
sedikit pula waktu istirahat yang diperlukan. Selain itu, menguap juga ternyata ada kaitannya
dengan empati. Seseorang cenderung akan menguap saat melihat orang lain yang
dikenalnya menguap. Tetapi, ia cenderung untuk tidak menguap jika melihat orang
yang tidak dikenalnya menguap. Hal ini menandakan bahwa rasa empati terhadap
orang yang menguap mengakibatkan seseorang ikut menguap.
Daftar Pustaka
Gallup AC,
Gallup GG. Yawning. 2007. Brain Mechanism: Nasal Breathing and Forehead Cooling
Diminish the Incidence of Contagious Yawning. Evolutionary Psychology Journal, 5(1): 92-3.
Asih, Niluh Gede Yasmin. 2004. Keperawatan medikal bedah. Jakarta: EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar